Dunia pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang
sangat komplek yang perlu mendapatkan perhatian. Masalah-masalah tersebut
antara lain kurikulum yang berubah-ubah sehingga sekolah kurang siap dalam
melaksanakan, keadaan guru yang kurang memenuhi syarat dari segi tingkat
pendidikan, fasilitas sekolah yang tidak lengkap maupun masalah kesiswaan yang
menyebabkan menurunnya tata krama sosial dan etika moral dalam praktek
kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah ekses negatif yang amat
merisaukan masyarakat. Ekses tersebut antara lain semakin maraknya berbagai
penyimpangan norma kehidupan agama dan sosial kemasyarakatan yang terwujud
dalam bentuk kenakalan siswa di sekolah seperti dibawah ini.
1. Kurang hormat kepada guru dan karyawan. Perilaku ini tampak dalam hubungan siswa dengan guru atau karyawan di mana siswa sering acuh tak acuh terhadap keberadaan guru dan karyawan sekolah.
2. Kurang disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan peraturan. Siswa masih sering terlambat masuk kelas, membolos, tidak memakai seragam dengan lengkap, dan menggunakan model baju yang tidak sesuai ketentuan sekolah dan membawa senjata tajam.
3. Kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan. Perilaku ini tampak dengan adanya perbuatan mencorat-coret dinding sekolah atau kelas, merusak tanaman, dan membuang sampah seenaknya.
4. Perkelahian antar pelajar, sering terjadi perkelahian antar siswa satu sekolah bahkan perkelahian antar sekolah.
5. Merokok di sekolah pada jam istirahat.
6. Berbuat asusila, seperti adanya siswa putra yang mengganggu siswa putri dan melakukan perbuatan asusila di lingkungan sekolah.
Di samping itu kenakalan siswa dewasa ini cenderung pada kategori
tindakan kriminal. Hal ini terbukti dengan adanya tindakan siswa antara lain
pencurian, penyalahgunaan obat terlarang, dan pembunuhan yang secara umum
disebut sebagai kejahatan siswa.
Masalah ini bila tidak segera diatasi akan semakin mengancam
kehidupan generasi bangsa khususnya dan tata kehidupan sosial masyarakat pada
umumnya. GBHN tahun 1999 mengamanatkan kepada masyarakat (sekolah) untuk
memberlakukan pendidikan budi pekerti sebagai pelajaran wajib diberikan dalam
kehidupan siswa dan warga sekolah. Hal ini dapat dipahami, karena salah satu
misi pendidikan adalah bagaimana melindungi, melestarikan dan mengembangkan
budaya bangsa dan budi pekerti yang luhur dalam tata kehidupan sekolah.
Ditinjau dari usia remaja, usia tersebut merupakan usia sekolah
bagi anak. Di lingkungan sekolah posisi remaja adalah sebagai siswa, jadi
kenakalan remaja yang dilakukan oleh peserta didik dapat disebut sebagai
kenakalan siswa. Dari pengertian ini dapat disimpulkan kenakalan siswa adalah
penyimpangan perilaku siswa yang berakibat siswa melanggar aturan, tata tertib,
dan norma kehidupan di sekolah dan masyarakat.
Telah disebutkan di atas kenakalan siswa saat ini sudah cenderung
pada perbuatan kriminal yang cukup meresahkan masyarakat. Di sekolah kenakalan
siswa menjadi tanggung jawab sekolah dalam mengelolanya. Hal ini dimaksudkan
untuk membantu siswa dalam mencapai keberhasilannya. Mengingat semakin
kompleknya permasalahan yang timbul akibat kenakalan siswa, dalam pemecahannya
sekolah perlu melibatkan instansi-instansi terkait seperti lembaga swadaya
masyarakat, kepolisian dan dinas-dinas terkai, upaya ini dimaksudkan untuk
mendapatkan pemecahan masalah yang optimal.
1. Karakteristik
Remaja
Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, bila dibandingkan
dengan mahluk-mahluk yang lain. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan dalam segi
cipta, rasa, karsa, estetika, social dan susila serta hal yang lain. Dalam
kehidupannya manusia mengalami suatu perkembangan dan pertumbuhan. Menurut
Kartini Kartono (1986 : 29 ) yang dimaksud dengan perkembangan yaitu :
Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi phisikhis dan fisis dari anak, yang ditunjang oleh
faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu menuju
kedewasaan. Menurut ahli yang sama ( 1986 : 33 ) yang dimaksud dengan
pertumbuhan yaitu perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik, yang berlangsung secara normal pada diri
anak-anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu.
Menurut Abin Syamsudin (2000:130) menuliskan batasan remaja awal
berkisar antara 11-13 tahun sampai 14-15 tahun. Dari batasan usia remaja awal
tersebut, usia remaja awal merupakan usia sekolah tingkat SMP.
Conger dalam Abin Syamsudin (2000:132), memberikan penafsiran
sebagai ciri dari remaja sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat
merupakan tipe of time and the worst of time. Kalau individu mampu mengatasi
berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan
identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal
ia akan berada pada kritis identitas yang berkepanjangan.
Menurut Zakiah Daradjat (1992:28) yang dimaksud dengan masa remaja
yaitu: Satu tingkat umur, di mana anak-anak tidak anak-anak lagi, akan tetapi
belum bisa dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang belum dapat
menjembatani antara anak-anak dan umur dewasa. Remaja adalah usia dimana seorang
anak mengalami masa transisi atau masa peralihan dalam mencari identitas diri.
Masa peralihan yang dimaksudkan disini adalah peralihan dari masa kanak-kanak
menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari masa kanak-kanak sebelum
mencapai masa dewasa. Karenanya pada masa ini seakan-akan remaja berpijak
antara dua kutub yaitu kutub yang lama (masa anak-anak) yang akan ditinggalkan
dan kutub yang baru (masa dewasa) yang masih akan dimasuki. Dengan keadaan yang
belum pasti inilah remaja sering menimbulkan masalah bagi dirinya dan pada
masyarakat sekitarnya, sebab pribadinya belum stabil dan matang.
Abin Syamsudin (2000:133) menyebutkan ciri-ciri umum remaja awal
dilihat dari beberapa aspek, meliputi :
1) Dari aspek perilaku sosial, moralitas dan religius meliputi :
a) diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan
bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer;
b) adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi;
c) adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasipengaruh orang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua;
d) dengan sikap dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari0hari oleh para pendukungnya (orang dewasa);
e) mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya;
f) mengenai keberadaan dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan spektis;
g) penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin didasarkan pertimbangan asanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya; dan
h) masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
2) Dari aspek afektif, kognitif dan kepribadian meliputi :
a) lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan-kecenderungan;
b) reaksi, reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya mungkin masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat;
c) kecenderungan-kecenderungan arah sikap mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, politis, sosial dan religius) meskipun masih dalam taraf eksplorasi dan coba-coba; dan
d) merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan membentuk kepribadiannya.
1) Dari aspek perilaku sosial, moralitas dan religius meliputi :
a) diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan
bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer;
b) adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi;
c) adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasipengaruh orang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua;
d) dengan sikap dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari0hari oleh para pendukungnya (orang dewasa);
e) mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya;
f) mengenai keberadaan dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan spektis;
g) penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin didasarkan pertimbangan asanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya; dan
h) masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup.
2) Dari aspek afektif, kognitif dan kepribadian meliputi :
a) lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan-kecenderungan;
b) reaksi, reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya mungkin masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat;
c) kecenderungan-kecenderungan arah sikap mulai tampak (teoritis, ekonomis, estetis, politis, sosial dan religius) meskipun masih dalam taraf eksplorasi dan coba-coba; dan
d) merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan membentuk kepribadiannya.
Dengan karakter seperti di atas siswa yang tergolong usia remaja
apabila tidak mendapatkan bimbingan yang baik mudah terjerumus pada perbuatan
yang merugikan dirinya sendiri atau terjerumus dalam kenakalan remaja (siswa).
Secara umum jika siswa tidak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan
kebutuhannya akan menimbulkan perilaku menyimpang yang kita kenal dengan
kenakalan remaja.
2. Kenakalan
Remaja
Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami
perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia.
Perubahan sosial tidak dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan
teknologi membawa banyak perubahan antara lain perubahan norma, nilai, tingkah
laku dan pola-pola tingkah laku baik individu maupun kelompok (Tjipto Subadi
2009: 21)
Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku
remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya.
Kartini Kartono (2003 : 6-7 ) secara tegas dan jelas memberikan batasan
kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja
yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu
mengembangkan bentuk tingkah laku yan menyimpang. Perilaku anak-anak ini
menunjukkan kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma sosial.
Dalam Bakolak Inpres no : 6/1997 buku pedoman 8, dikatakan bahwa kenakalan
remaja adalah kelainan tingkah laku/tindak remaja yang bersifat anti sosial,
melanggat norma sosial, agama serta ketentuan hukum yang berlaku di masyarakat.
Fuad Hasan dalam Sudarsono (1999) merumuskan definisi Delinquency
sebagai perilaku anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana
dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan.
Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996)
menyebutkan anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma
sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan
meresahkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan
atau masyarakat.
Singgih D. Gunarso (1988 : 19) mengatakan dari segi hukum
kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan
norma-norma hukum yaitu : (1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta
tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan
sebagai pelanggaran hukum; (2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan
penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan
perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.
Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku
menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emine Durkheim (dalam Soerjono
Soekanto, 1985:73) Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas
tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dalam bukunya ” Ruler of
Sociological Method ” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena
tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan
normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat,
perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu
perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap
normal yaitu perilaku yang nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja
meninggalkan keresahan pada masyarakat.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan remaja yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di masyarakat dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan tindak kriminal di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan remaja yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di masyarakat dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan tindak kriminal di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.
3.
Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja
kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka
keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus
pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor tanpa SIM,
mengambil barang orang tua tanpa ijin (3) kenakalan khusus seperti
penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.
Sedangkan menurut Sudarsono (1995:13) yang termasuk kenakalan
siswa atau remaja meliputi:
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah
4. Penyebab
Kenakalan Remaja
Kenakalan siswa (remaja) yang sering terjadi di dalam sekolah dan
masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri (Sudarsono:125-131).
Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain :
a. Keadaan Keluarga
Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya kenakalan remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home) maupun jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan. Broken home terutama perceraian atau perpisahan orang tua dapat mempengaruhi perkembangangan anak. Dalam keadaan ini anak frustasi, konflik-konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat mendorong anak menjadi nakal.
Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebaba kenakalan remaja juga dapat ditimbulkan oleh kebiasaan perilaku orang tua, seperti dikemukankan oleh Papalia, Olds dan Feldman (2001 : 474 ) sebagai berikut, ”Parent cronic deliquent often failed to reinforce good behavior in early childhood and were harsh or inconsaistent, or both, in punishing misbehavior.” Pendapat senada dikemukakan Mustafit Amna (2002 : 2) yang mengatakan faktor keluarga penyebaba kenakalan anak adalah perhatian dan penghayatan dan pengamalan orang tua atau keluarga terhadap agama. Nelson, Rutter, dan Giller dalam Easler dan Medway (2004:74) juga mengatakan. ” …. Antisocial behaviors resulf from socialization processes at home or in peer group.”
Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya kenakalan remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home) maupun jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan. Broken home terutama perceraian atau perpisahan orang tua dapat mempengaruhi perkembangangan anak. Dalam keadaan ini anak frustasi, konflik-konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat mendorong anak menjadi nakal.
Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebaba kenakalan remaja juga dapat ditimbulkan oleh kebiasaan perilaku orang tua, seperti dikemukankan oleh Papalia, Olds dan Feldman (2001 : 474 ) sebagai berikut, ”Parent cronic deliquent often failed to reinforce good behavior in early childhood and were harsh or inconsaistent, or both, in punishing misbehavior.” Pendapat senada dikemukakan Mustafit Amna (2002 : 2) yang mengatakan faktor keluarga penyebaba kenakalan anak adalah perhatian dan penghayatan dan pengamalan orang tua atau keluarga terhadap agama. Nelson, Rutter, dan Giller dalam Easler dan Medway (2004:74) juga mengatakan. ” …. Antisocial behaviors resulf from socialization processes at home or in peer group.”
2. Keberadaan Pendidikan Formal
Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan penerapan disiplin terlalu ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru, kurangnya kesibukan belajar di rumah. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak kerapkali memberikan pengaruh kepada siswa untuk berbuat nakal, sering disebut kenakalan remaja.
Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan penerapan disiplin terlalu ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru, kurangnya kesibukan belajar di rumah. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak kerapkali memberikan pengaruh kepada siswa untuk berbuat nakal, sering disebut kenakalan remaja.
Di dalam sekolah terjadi interaksi antara remaja (siswa) dengan
sesamanya, juga interaksi antara siswa dengan pendidik, interaksi yang mereka
lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif. Seperti
pendapat Sri Jayantini (2004:3) yang mengatakan sifat anak yang selalu ingin
mengungguli temannya dengan cara menekan atau mengancam bila dibiarkan saja,
memberikan peluang bagi anak untuk menyelesaikan setiap masalah dengan cara
kekerasan.
Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semuanya berwatak baik, baik
dari kebiasaan anak yang negatif maupun dari faktor keluarga anak (siswa).
Dengan keadaan ini akan mudah menimbulkan konflik-konflik psikologis yang dapat
menyebabakan anak menjadi nakal. Pengaruh negatif sekolah juga dapat datang dari
yang langsung menangani proses pendidikan antara lain : kesulitan ekonomi yang
dialami pendidik, pendidik sering tidak masuk, pribadi pendidik yang tidak
sesuai dengan jiwa pendidik.
3. Keadaan Masyarakat
Anak remaja (siswa) sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari lingkungan masyarakatnya. Pengaruh tersebut adanya beberapa perubahan sosial yang cepat yang ditandai dengan peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan seperti persaingan dalam ekonomi, pengangguran, masmedia, dan fasilitas rekreasi.
Anak remaja (siswa) sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari lingkungan masyarakatnya. Pengaruh tersebut adanya beberapa perubahan sosial yang cepat yang ditandai dengan peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan seperti persaingan dalam ekonomi, pengangguran, masmedia, dan fasilitas rekreasi.
Pada dasarnya kondisi ekonomi memiliki hubungan erat dengan
timbulnya kejahatan. Adanya kekayaan dan kemiskinan mengakibatkan bahaya besar
bagi jiwa manusia, sebab kedua hal tersebut mempengaruhi jiwa manusia dalam
hidupnya termasuk anak-anak remaja. Anak dari keluarga miskin ada yang memiliki
perasaan rendah diri sehingga anak tersebut dapat melakukan perbuatan melawan
hukum terhadap orang lain. Seperti pencurian, penupian dan penggelapan.
Biasanya hasil yang diperoleh hanya untuk berfoya-foya.
Timbulnya pengangguran yang semakin meningkat di dalam masyarakat
terutama anak-anak remaja akan menimbulkan peningkatan kejahatan bahkan
timbilnya niat di kalangan remaja untuk berbuat kejahatan. Keadaan ini tentunya
dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar sehingga kadang jadi tidak
bersemangat untuk belajar.
Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan
seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan
pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena
bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik (misal
novel seks), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta tontonan film yang
tidak baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berperilaku negatif. Pendapat ini
sejalan dengan pendapat Barak yang ditulis Grochowski (2002:340) yang
mengatakan, ”The perception of crime is the product of the Media ”Multiplied”
by the ”Additive” effects of the political economy and cultur over time.”
5. Cara
Mengatasi Kenakalan Remaja
Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan,
selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua
hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab
rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak
dengan paksaan maupun mengada-ada. Si remaja di beri pengertian yang jelas
sekaligus diberikan teladan. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah
akan dapat mengurangi waktu ’ kluyuran ” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih
anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga.
Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari,
mereka dididik mandiri.
Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan masa depan si
remaja, mereka diarahkan agar dapat memilih sekolah yang diharapkan serta
mengembangkan bakat yang ada, untuk pemilihan study lanjut tidak semata-mata
karena keinginan orang tua dan pilihan orang tua. Pemaksaan ini justru akan
berakhir dengan kekecewaan, sebab meski ada sebagian anak yang berhasil
mengikuti kehendak orang tuanya, tetapi tidak sedikit yang frustasi dan
akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama
kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi
salah satu pengguna obat-obat terlarang.
Dengan banyaknya waktu luang yang dimiliki remaja maka tindakan
iseng sering dilakukan untuk mengisi waktu luang hal ini dimaksudkan juga untuk
menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapakan dapat berasal dari
orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering
menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang
sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri,
merusak, minum minuman keras, dan sebagainya.
Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang
berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan
dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan,
orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut
campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan keisengan remaja adalah semacam
”refresing” atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila
anak suka berkelahi orang tua bisa mengarahkannya pada satu kelompok kegiatan
bela diri.
Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang
sedang jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara
pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan
yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar meraka tidak
ketakutan dengan orang tua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan
sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orang tua dapat memberi lebih
banyak kebebasan kepada anak. Namun harus tetap dijaga agar mereka tidak salah
jalan, menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.
Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orang
tua dengan anak. Apabila orang tua tidak setuju hendaknya diutarakan dengan
bijaksana jangan hanya dengan kekuasaan dan kekerasan. Berilah pengertian
sebaik-baiknya, bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk
menengahinya. Hal yang penting disini adalah adanya komunikasi dua arah antara
orang tua dan anak. Orang tua hendaknya menjadi sahabat anak Orang tua
hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya
sehingga anak tidak merasa takut mengutarakan masalahnya kepada orang tua.
Selanjutnya apabila suasana dirumah nyaman, orang tua tidak
berlaku otoriter dan anak merasakan kedamaian dan kasih sayang di rumah
komunikasi terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak, serta penanaman
nilai agama diberikan sejak dini maka anak tidak akan berlaku mencari perhatian
dan kenyamanan di luar rumah yang bisa mengakibatkan terjerumus pada kenakalan
remaja yang lebih parah lagi kalau anak sudah masuk dalam penggunaan obat-obat
terlarang serta narkoba.
SIMPULAN
Banyaknya masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan yang menimbulkan
banyak ekses negatif yang sangat merisaukan masyarakat. Ekses tersebut antara
lain makin maraknya berbagai penyimpangan norma kehidupan agama dan sosial
masyarakat yang terwujud dalam bentuk kenakalan siswa atau kenakalan remaja.
Yang dimaksud dengan kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan
remaja yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di
masyarakat di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun
orang lain, dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan
tindak kriminal
Yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah
Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain
1. Keadaan Keluarga
2. Keberadaan Pendidikan formal
3. Keadaan masyarakat.
Mengatasi kenakalan remaja dengan cara :
1. Hendaknya orang tua memberikan kasih sayang dan perhatian dalam bentuk apapun
2. Hendaknya komunikasi dengan si remaja senantiasa terjalin dengan baik, agar si remaja selalu merasa tenang karena orang tua selalu mendampingi.
3. Perlu melakukan pengawasan yang penuh dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
4. Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
5. Dan apabila anak suka berkelahi orang tua bisa mengarahkannya pada satu kelompok kegiatan bela diri.
6. Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara pengawasan dengan kebebasan.
a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;
b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar;
c) mengganggu teman;
d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;
e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;
f) menonton pornografi; dan
g) corat-coret tembok sekolah
Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain
1. Keadaan Keluarga
2. Keberadaan Pendidikan formal
3. Keadaan masyarakat.
Mengatasi kenakalan remaja dengan cara :
1. Hendaknya orang tua memberikan kasih sayang dan perhatian dalam bentuk apapun
2. Hendaknya komunikasi dengan si remaja senantiasa terjalin dengan baik, agar si remaja selalu merasa tenang karena orang tua selalu mendampingi.
3. Perlu melakukan pengawasan yang penuh dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
4. Perlunya pembelanjaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
5. Dan apabila anak suka berkelahi orang tua bisa mengarahkannya pada satu kelompok kegiatan bela diri.
6. Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara pengawasan dengan kebebasan.
0 komentar:
Posting Komentar